Monday, March 31, 2008

Pejantan Tulen

For a documentarian, an opportunity to make a good reality show is always welcomed. We want to make something good which is also in acceptable level in terms of commercial aspects. It all started when I was in KL scripting a film for AE, when a phone call from a close friend, Ibob, got in to my almost dead mobile phone.

'Aduh lo main jauh2 amat sih', said Bobby which means ' You are everywhere' when I told him where I was. He said he was gonna send me email on a brief of a new TV Program from GTV. Ibob works there as executive producer. Great. Thats also my position on my business cards.

I knew Ibob long time ago. I was studying downunder and he came with P Project an old skool party of party people who were bandungers, funny, but smart. And they got paid for mocking around.

In short, I was briefed to produce a reality show program. The concept sent me to hitting the roof. Fkuc! This is brilliant idea! a group of 'banci' were to put in a military camp in west java. They were to be trained and challenged as military as possible. A winner would come up on episode no.13. Bhuahahaha... I sorta make some visual links. Imagining what will happen. Coz I got a look of the military camp earlier during negotiation.

After a quick brief in Ibob office, I started to think who could handle the project as director. I really wanted to, but I knew my limits. Hell! Im not a donkey who could fall twice. I got this motherly program running under my directing belt. Thats itself an agony. I have to came up with someone who could be trustworthy, and.. documentarian.

Deni, or known as Akang, he came to join freelance web of fictionary in 2005. I asked around for an editor, then he came to my attention. Hist first edit, an episode of MTV Blackbox assured me that I found a fresh flesh. He was a graduate from documentary major - Film School IKJ, Jakarta. Hey! give him a chance! He has been editing sometime without my direct supervision. He should be good at this. Thats my thought.



....to be continued...

Thursday, March 20, 2008

2 Jam di Cairo

Belom pernah gue me- review sebuah film sebelumnya.. Tapi kali ini gue tergoda untuk menulis kesan dan pesan yang gue dapat selama nonton.. apalagi kalau bukan 'Ayat-Ayat Cinta'..

Anak gue menang.. Setelah minggu lalu mampu diredam keiningannya untuk menonton film besutan Hanung ini, weekend ini dia punya dalih yang cukup mempan: "Anak umur 6 taun boleh nonton kok! Teman ku, Salsa udah nonton sama mamanya..!'... yeah!

There we go... our kids are being brainwashed again.. I bet she really wanted to watch it because she liked the soundtrack (by Rosa?) so much... Thanks pop music! Thanks sinteron!

In short, keluarlah duit sekitar 100 ribu untuk 2 tiket XII, pop corn, soft drink, and parkir.. 'Thats it Punjabi...! I will never ever pay you that much money if what i am about to see is a total crap!'

Pemandangan sewaktu masih agak terang di dalam bioskop cukup unik. Bukan cuma si kecil yang repot meminta gue mematikan HP nya dan HP gue begitu ngeliat gambar sebuah HP yang dicoret.. Sepasang ibu2 yang pasti rajin ikut pengajian (keliatan dari kostumnya) yang duduk di sebelah rupanya lupa mereka sedang menonton di dalam bioskop. Berceloteh lah mereka tentang kenangan d bioskp megaria... Sampai keluar kata2 'Nyahoo..! Rasain!', sewaktu sebuah iklan kamera poket digital anti air (Olympus kayanya) yang memperlihatkan bagaimana si cewek kesel dan menampar cowoknya begitu melihat gambar2 paha cewek lain di dalam air yang terekam di kameranya.

Entahlah apa yang baru saja gue tonton.. kehilangan kata2 untuk melukiskannya. Yang pasti nyawanya adalah punjabi. Sinetron. Semua digampangkan. Harus ada adegan bengong di sebuah lanskap yang lebar. Harus ada adegan nangis yang menyentuh dan sahut2an di telpon (menular ke penonton, termasuk 2 ibu disamping tadi ikut sesegukan). Fachri yang sangat 'berakhlak' dan berhati2 dalam memilih pasangan.. Langsung, instantly, kelepek2 begitu Jeung Aisha buka cadar. Noura yang dari awal gue yakin bakal ada peran penting (bukan cuma dipukulin INDIA ngehe (gak ada look arabnya sama sekali... mungkin KKN dgn punjabi, atau mungkin simpanan talent punjabi yang akan dia orbitkan sebentar lagi?? hahaha) tiba2 ketemu bokap nyokap biologisnya... dan tiba2 hamil dan bikin kasus... ASTAGA...! Sebegitu butanya kah orang2 disana akan hukum sampai Noura dan keluargaya yang keliatan perlente (ente kenal wowor dong? =)) gak takut dikenain sangsi 'fitnah' karena ada teknologi yang namanya DNA test?... Ckckck... Kalo kata orang 'Gitu aja kok repot?'

Belum lagi efek bibir pecah2 yang mungkin memang harus dialami orang yang berada di bagian arab sana, tapi kok lightingnya agak low light terus? Gak ada panas2nya. Universitas Al Azhar yang lebih mirip UII (bahasanya jakarta dan gak ada arab2nya..).. Beberapa muka talent yang sangat familiar dlm kehidupan 'Indonesia' gue cukup menganggu.. Rupanya talent2 muka arab tuh itu2 aja ya. Pernah gue provide location service sebuah PH singapore yang bikin iklan di jakarta yang salah satu adegannya ceritanya si hero lagi jalan2 di Maroko. Itu gue set di gang-gang di Pasar Seni Ancol. Walhasil, looknya mirip dengan adegan2 pasar di film ini, ditambah lagi dgn extra2 yang.. hehehe.. sama boz..!

Tertidurlah gue... Mimpi bikin film drama di Paris.. Mungkin film tentang homoseks. Cukup adegan di ruang2 sekat kecil yang bisa gue colong di beberapa lokasi yang paris look di jakarta dan bandung.. Terutama beberapa griya pijat khusus lelaki yang bernuansa eropa.. Hahaha... Kemudian gue bawa kameraman gue berdua jalan ke paris beneran. Bawa 16mm Bolex sama reflektor aja. Disana gue shoot berbagai macam angle exterior dan landscape yang nantinya bisa gue insert di setiap potongan adegan.. Sim salabim.. Jadilah film yang 'kesannya' gue shoot semuanya di Paris... Hehe..!!!

'Papa bangun.. Udah abis filmnya'... Gue terbangun, iler gue apus...

'Anjrit... gue musti belajar bahasa perancis...'