Thursday, March 20, 2008

2 Jam di Cairo

Belom pernah gue me- review sebuah film sebelumnya.. Tapi kali ini gue tergoda untuk menulis kesan dan pesan yang gue dapat selama nonton.. apalagi kalau bukan 'Ayat-Ayat Cinta'..

Anak gue menang.. Setelah minggu lalu mampu diredam keiningannya untuk menonton film besutan Hanung ini, weekend ini dia punya dalih yang cukup mempan: "Anak umur 6 taun boleh nonton kok! Teman ku, Salsa udah nonton sama mamanya..!'... yeah!

There we go... our kids are being brainwashed again.. I bet she really wanted to watch it because she liked the soundtrack (by Rosa?) so much... Thanks pop music! Thanks sinteron!

In short, keluarlah duit sekitar 100 ribu untuk 2 tiket XII, pop corn, soft drink, and parkir.. 'Thats it Punjabi...! I will never ever pay you that much money if what i am about to see is a total crap!'

Pemandangan sewaktu masih agak terang di dalam bioskop cukup unik. Bukan cuma si kecil yang repot meminta gue mematikan HP nya dan HP gue begitu ngeliat gambar sebuah HP yang dicoret.. Sepasang ibu2 yang pasti rajin ikut pengajian (keliatan dari kostumnya) yang duduk di sebelah rupanya lupa mereka sedang menonton di dalam bioskop. Berceloteh lah mereka tentang kenangan d bioskp megaria... Sampai keluar kata2 'Nyahoo..! Rasain!', sewaktu sebuah iklan kamera poket digital anti air (Olympus kayanya) yang memperlihatkan bagaimana si cewek kesel dan menampar cowoknya begitu melihat gambar2 paha cewek lain di dalam air yang terekam di kameranya.

Entahlah apa yang baru saja gue tonton.. kehilangan kata2 untuk melukiskannya. Yang pasti nyawanya adalah punjabi. Sinetron. Semua digampangkan. Harus ada adegan bengong di sebuah lanskap yang lebar. Harus ada adegan nangis yang menyentuh dan sahut2an di telpon (menular ke penonton, termasuk 2 ibu disamping tadi ikut sesegukan). Fachri yang sangat 'berakhlak' dan berhati2 dalam memilih pasangan.. Langsung, instantly, kelepek2 begitu Jeung Aisha buka cadar. Noura yang dari awal gue yakin bakal ada peran penting (bukan cuma dipukulin INDIA ngehe (gak ada look arabnya sama sekali... mungkin KKN dgn punjabi, atau mungkin simpanan talent punjabi yang akan dia orbitkan sebentar lagi?? hahaha) tiba2 ketemu bokap nyokap biologisnya... dan tiba2 hamil dan bikin kasus... ASTAGA...! Sebegitu butanya kah orang2 disana akan hukum sampai Noura dan keluargaya yang keliatan perlente (ente kenal wowor dong? =)) gak takut dikenain sangsi 'fitnah' karena ada teknologi yang namanya DNA test?... Ckckck... Kalo kata orang 'Gitu aja kok repot?'

Belum lagi efek bibir pecah2 yang mungkin memang harus dialami orang yang berada di bagian arab sana, tapi kok lightingnya agak low light terus? Gak ada panas2nya. Universitas Al Azhar yang lebih mirip UII (bahasanya jakarta dan gak ada arab2nya..).. Beberapa muka talent yang sangat familiar dlm kehidupan 'Indonesia' gue cukup menganggu.. Rupanya talent2 muka arab tuh itu2 aja ya. Pernah gue provide location service sebuah PH singapore yang bikin iklan di jakarta yang salah satu adegannya ceritanya si hero lagi jalan2 di Maroko. Itu gue set di gang-gang di Pasar Seni Ancol. Walhasil, looknya mirip dengan adegan2 pasar di film ini, ditambah lagi dgn extra2 yang.. hehehe.. sama boz..!

Tertidurlah gue... Mimpi bikin film drama di Paris.. Mungkin film tentang homoseks. Cukup adegan di ruang2 sekat kecil yang bisa gue colong di beberapa lokasi yang paris look di jakarta dan bandung.. Terutama beberapa griya pijat khusus lelaki yang bernuansa eropa.. Hahaha... Kemudian gue bawa kameraman gue berdua jalan ke paris beneran. Bawa 16mm Bolex sama reflektor aja. Disana gue shoot berbagai macam angle exterior dan landscape yang nantinya bisa gue insert di setiap potongan adegan.. Sim salabim.. Jadilah film yang 'kesannya' gue shoot semuanya di Paris... Hehe..!!!

'Papa bangun.. Udah abis filmnya'... Gue terbangun, iler gue apus...

'Anjrit... gue musti belajar bahasa perancis...'

2 Comments:

Blogger Ida Syafyan said...

Sang sutradara pernah curhat dalam sebuah email, bahwa tekanan dari pihak produser yang menghendaki film tersebut dikemas ala AADC (ada apa dengan cinta) begitu kuat. sampai-sampai adegan yang seharusnya dramatis jadi terkesan seperti sinetron. dan yang menonjol pun hanya masalah percintaanya.

Punjabi gak baca novelnya kali ya...
bagi yang pernah membaca novel ayat-ayat cinta pasti memiliki imajinasi tersendiri mengenai kondisi lingkungan, karakter tokoh dan penampilannya di novel


http://lovesbag.multiply.com

11:51 PM  
Blogger @sakti_p said...

I dont care about the novel. Its just shit film

4:01 AM  

Post a Comment

<< Home